Mengapa Selenium Adalah “Bodyguard” bagi Kelenjar Tiroid Anda

Selenium bukan hanya mineral biasa—ia adalah komponen utama enzim deiodinase yang mengubah hormon T4 (kurang aktif) menjadi T3 (hormon aktif yang benar-benar digunakan tubuh). Tanpa selenium yang cukup, proses konversi ini terganggu, sehingga meskipun kadar T4 normal, tubuh tetap merasa lelah dan metabolisme melambat.

Selain itu, selenium berfungsi sebagai antioksidan kuat melalui enzim glutation peroksidase, yang melindungi sel tiroid dari radikal bebas yang dihasilkan saat produksi hormon. Pada penderita Hashimoto (tiroiditis autoimun), selenium terbukti membantu menurunkan kadar antibodi anti-TPO secara alami.

Sumber selenium terbaik di Indonesia adalah kacang Brazil—hanya 1-2 butir per hari sudah melebihi kebutuhan harian (55 mikrogram). Namun, karena sulit didapat, alternatif lokal yang sama baiknya adalah tuna kaleng, udang, ayam kampung, dan telur rebus. Biji-bijian seperti beras merah dan oatmeal juga mengandung selenium dalam jumlah sedang.

Penelitian di The Lancet menunjukkan bahwa suplementasi selenium 200 mcg/hari selama 6 bulan dapat meningkatkan fungsi tiroid pada orang dengan defisiensi. Namun, untuk pencegahan sehari-hari, cukup fokus pada pola makan. Misalnya, tambahkan potongan tuna ke dalam salad sayur atau jadikan udang sebagai lauk makan malam dua kali seminggu.

Yang penting: selenium bekerja sinergis dengan yodium. Kekurangan salah satu akan mengganggu fungsi yang lain. Jadi, pastikan menu harian Anda mencakup keduanya secara seimbang. Dengan perlindungan selenium, tiroid Anda tidak hanya berfungsi baik, tetapi juga lebih tahan terhadap stres oksidatif sehari-hari.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *